Menikmati Benteng Marlborough dengan Nuansa Ala Kolonial, Bengkulu

Benteng Malborough (Fort Marlborough)
Benteng Malborough (Fort Marlborough)

Portal Wisata Keluarga - Benteng Malborough (Fort Marlborough) merupakan sebuah benteng yang sengaja di bangun di atas bukit buatan yang berfungsi sebagai pertahanan oleh bangsa kolonial Inggris pada tahun (1914 - 1719). Selain sebagai tempat pertahanan benteng ini juga di dirikan untuk kepentingan perdagangan, sebagai penjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, serta pengawasan jalur pelayaran perdagang melalui Selat Sunda. Pada saat ini benteng ini di gunakan sebagai tempat cagar budaya oleh pemerintahan kota Bengkulu.

Patut di garis bawahi benteng Malborough ini merupakan benteng terbesar di Asia Tenggara yang pernah di bangun oleh bangsa Inggris pada masa penjajahan. Benteng ini terletak di pesisir pantai panderi yang tak jauh dari kota Bengkulu tepatnya di jalan Ahmad Yani, Desa Kebon Keling, Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Propinsi Bengkulu. Dengan di suguhi pemandangan yang bernuansa ala kolonial (Masa Penjajahan) seperti terdapat kantor, ruang perlindungan, beberapa Meriam yang masih berdiri kokoh di dalam benteng, serta terdapat lorong – lorong bawah tanah yang digunakan sebagai tempat persenjatan persenjataan dan beberapa dari lorong tersebut di gunakan untuk ruang penjara. Benteng ini konon terdapat sebuah lorong bawah tanah menyambungkan antara benteng dengan pintu keluar tanpa melalui pintu utama benteng tersebut.

Nuansa Benteng Marlborough

Nuansa Benteng Marlborough
Nuansa Benteng Marlborough

Kebetulan saya sendiri tinggal di Bengkulu tetapi bukan Bengkulu Kota melainkan di Kabupaten Mukomuko jadi sengaja saya tuliskan tentang pengalaman pribadi saya ketika berkunjung di tempat ini untuk menghabiskan masa liburan saya, tepatnya pada tanggal 9 September 2014, 2 bulan yang lalu sebelum saya menulis postingan ini.

Sore hari sekitar jam 16.00 saya bersama teman saya sampai di lokasi Benteng Marlborough, ketika itu saya langsung bergegas menuju pintu masuk benteng tersebut untuk membeli karcis, biaya karcis untuk dapat masuk sebesar Rp. 5000 per orang yah cukup murah jika di bandingkan dengan keindahan tempat ini. Setelah itu kemudian saya memasuki benteng melewati jembatan yang mengubungkan antara luar benter dengan benteng utama.

Saat Kami di Benteng Marlborough
Saat Kami di Benteng Marlborough

Di bawah jembatan ini terdapat parit yang mengelilingi benteng utama dengan kedalaman parit kurang lebih 1 hingga 3 meter dan lebarnya 7 meter dan di penuhi rumput rumput hijau yang sangat enak dipandang mata. Konon parit tersebut sebagai tempat pertahan pertama dari serangan musuh. 

Setelah melewati jembatan tersebut kami langsung menuju inti dari benteng tersebut, di si terdapat tiga buah makam, yaitu makam Charles Muray, Thomas Parr dan Robert Hamilton. Selain ketiga makam tesebut kami melihat terdapat empat buah prasasti nisan yang berbahasa Inggris yang terletak menempel pada dinding gerbang pintu masuk Benteng, tulisan tersebut sebagai berikut : George Thomas Shaw yang meninggal tanggal 25 April 1704, Richard Watts yang meninggal 17 Desember 1705 dalam usia 44 tahun, Henry Stirling yang meninggal pada bulan April 1744 dalam usia 25 tahun dan Capt. James Coney yang meninggal Februari 1737 dalam usia 36 tahun, maksud dari parasit tersebut saya juga belum begitu tahu persis mungkin parasit itu di buat untuk mengenang orang-orang terpenting pada masa pemerintahan Inggris di bumi Raflesia. Di sebelah kanan dan kiri gerbang pintu masuk terdapat dua pintu yang yang menjorok ke dalam dengan di batasi dengan pagar besi fungsi ruangan tersebut sebagai tempat tahanan.

Meriam yang ada di Benteng Marlborough
Meriam yang ada di Benteng Marlborough

Lain halnya yang ada di halaman tengah  benteng tersebut kami di suguhi taman yang di tumbuhi rumput-rumput dan pepohonan yang meneduhkan di sini juga kami melihat ada beberapa meriam yang berdiri kokoh di sana, posisi meriam - meriam tersebut mengarah langsung ke pantai. Pada sudut–sudut benteng tersebut kami melihat 4 buah bastion yang dahulunya berfungsi sebagai tempat tugas para militer Inggris untuk melindungi benteng tersebut dari serangan musuh. Kemudian kami bergegas menaiki salah satu Bastion yang berada di sudut benteng tersebut dengan melewati anak-anak tangga. Setelah kami berada di atas Bastion tersebut kami melihat pemandangan yang begitu mempesona, melihat laut lepas yang berbatasan langsung dengan samudra hindia, waaw menakjubkan sekali suasana inilah yang membuat kami betah berlama-lama di atas Bastion ini hingga sampai melihat tenggelamnya sang surya. 

Rasanya tidak lengkap jika berkeliling di kota Bengkulu tidak mampir di Pulau Tikus karena keindahan alam bawah lautnya yang sangat memukau. Selain itu juga jangan lupa juga untuk mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah.  Penasaran silahkan Anda buktikan sendiri.  

1 Response to "Menikmati Benteng Marlborough dengan Nuansa Ala Kolonial, Bengkulu"